Kamis, 26 Juni 2014

Asuhan Kegawatdaruratan pada Neontatus


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal di Indonesia masih sangat tinggi. Menusut survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita di Indonesia tahun 2007 sebesar 44/10.000 Kelahiran Hidup. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, maka angka kematian ibu di Indonesia adalah 15 kali angka kematian ibu di Malaysia, 10 kali lebih tinggi dari pada thailan  atau 5 kali lebih tinggi dari pada Filipina.
Penyebab kematian yang paling cepat pada neonatus adalah asfiksia dan perdarahan. Asfiksia perinatal merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang penting. Akibat jangka panjang, asfiksia perinatal dapat diperbaiki secara bermakna jika gangguan ini diketahui sebelum kelahiran (mis; pada keadaan gawat janin) sehingga dapat diusahakan memperbaiki sirkulasi/ oksigenasi janin intrauterine atau segera melahirkan janin untuk mempersingkat masa hipoksemia janin yang terjadi
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan. Semua penyulit kehamilan atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan.

1.2  Tujuan Penulisan
Dari latar belakang diatas adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui penyebab kegawatdaruratan pada neonatus
2.       Untuk mengetahui asuhan kegawatdaruratan pada neonatus, khususnya asfiksia, bayi premature, BBLR dan hipotermia




BAB II
PEMBAHASAN

Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system. Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan anestesi terhadap neonatus.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegawatdaruratan pada Neonatus
1.      Faktor Kehamilan
|  Kehamilan kurang bulan
|  Kehamilan dengan penyakit DM
|  Kehamilan dengn gawat janin
|  Kehamilan dengan penyakit kronis ibu
|  Kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat
|  Kehamilan lebih bulan
|  Infertilitas
2.  Faktor pada Partus
|  Partus dengan infeksi intrapartum
|  Partus dengan penggunaan obat sedatif
3.      Faktor pada Bayi
|  Skor apgar yang rendah
|  BBLR
|  Bayi kurang bulan
|  Berat lahir lebih dari 4000gr
|  Cacat bawaan
|    Frekuensi pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit
2.2              Asuhan Kegawatdaruratan pada Neonatus

1.      Bayi Prematur
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004)
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek. (Nelson. 1998 dan Sacharin, 1996)
Prematoritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.
ü  Etiologi
a.      Faktor Maternal
Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark dari plasenta
b.      Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi ganda, cidera radiasi (Sacharin. 1996).

ü  Patofisiologi
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya. (Kapita selekta, 2000 : 274)
ü  Karakteristik Bayi Prematur :
a.        Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan
b.       Kepala dan badan disporposional
c.        Kulit tipis dan keriput
d.       Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala
e.        Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu
f.        Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat
g.       Labia dan clitoris tampak menonjol
h.       Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki


ü  Kondisi yang menimbulkan masalah bayi prematur :
a.       Sistem Pernapasan
·         Otot-otot pernapasan susah berkembang
·         Dinding dada tidak stabil
·         Produksi surfaktan penurunan
·         Pernafasan tidak teratur dengan periode apnea dan ajanosis
·         Gag reflek dan batuk
b.      Sistem Pencernaan
·         Ukuran Lambung Kecil
·         Enzim penurunan
·         Garam Empedu Kurang
·         Keterbatasan mengubah glukosa menjadi glikogen
·         Keterbatasan melepas insulin
·         Kurang koordinasi reflek menghisap dan menelan
c.       Kestabilan Suhu
·         Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipid sedikit
·         Kemampuan menggigil menurunan
·         Aktivitas kurang
·         Postur flaccid, permukaan terexpose meningkat

d.      Sistem Ginjal
·         Ekskresi sodium meningkat
·         Kemampuan mengkonsentrasi & mengeluarkan urin menurun
·         Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, as. Amino & sodium
e.       Sistem Syaraf
·         Respon untuk stimulasi lambat
·         Reflek gag, menghisap & menelan kurang
·         Reflek batuk lemah
·         Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum berkabung
f.       Infeksi
·         Pembentukan antibodi kurang
·         Tidak ada munoglobulin M
·         Kemotaksis terbatas
·         Opsonization penurunan
·         Hypo fungsi kel. Axrenal
g.      Fungsi Liver
·         Kemampuan mengkonyugasi bill
·         Penurunan Hb setelah lahir



ü  Komplikasi Umum Pada Bayi Prematur
a.       Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis, peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan syok
b.      Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP). Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan faring. (Whaley & Wong, 1995)
c.       Duktus Arteriosus Paten (PDA)
d.      (Bobak. 2005)àNecrotizing Enterocolitas (NEC) 
ü  Pemeriksaan Diagnostik :
a.       Jumlah darah lengkap : Hb/Ht
b.      Kalsium serum
c.       Elektrolit (Na , K , U) : gol darah (ABO)
d.      Gas Darah Arteri (GDA) : Po2, Pco2
2.      BBLR
1.      Pengertian
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr. (Dep Kes. RI, 2001 : 122).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 500 gram, tanpa memandang usian kehamilan. (Gladioostrange. Blogspot. Com).

2. Klasifikasi BBLR dapat digolongkan menjadi :
a.       Prematuritas murni.
Adalah bayi lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu dengan BB yang sesuai.
b.      Smal For Date (SFP) atau kecil untuk masa kehamilan.
Adalah bayi yang BB rendah kurang dari seharusnya umum kehamilan.
c.       Reterdasi pertumuhan janin uterus.
Adalah bayi yang lahir dengan BB rendah dan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
d.      Lihgt for date sama dengan small for date.
e.       Dismaturias.
Adalah suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidak seimbangan antara pertumbuhan janin dengan lanjutan kehamilan.
f.       Large for date.
Adalah bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tua kehamilan missal pada DM.(Mohtar Rustam, 1998 : 448).
3. Etiologi
1.      Faktor genetik / kromosom
2.      Infeksi
3.      Bahan toksit
4.      Radiasi
5.      Disfungsi plasenta
6.      Faktor nutrisi
7.      Faktor-faktor lain seperti merokok, peminum alcohol.


4. Komplikasi
1.      Sindrom aspirasi mekonium
2.      Asfiksia Neonatorum
3.      Sindrom Disstres Respirasi
4.      Penyakit membran Hialin
5.      Dismatur Preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu.
6.      Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
7.      Hipotermia, hipoglikemia, anemi, gangguan pembekuan darah
8.      Infeksi, retrolental fibroplasia, NEC ( necrotizing enterocolitis)
9.      Bronchopulmonary dysplasia, malformasi kongenital.
5. Penanganan Awal BBLR
1.       Keringkan secepatnya dengan handuk kering.
2.       Ganti kain basah dengan kain kering.
3.       Bungkus bayi dengan kain dan sebelumnya lakukan perawatan tali pusat.
4.       Untuk menghangatkan beri lampu 60 watt dengan jawak minimal 60 cm dari bayi.
5.       Kemudian tutup kepala bayi dengan topi bila perlu berikan oksigen.
6.       Tetesi ASI bila perlu dapat dilakukan sende untuk memasukkan susu / ASI pada bayi.
7.       Bila bayi dalam keadaan rentang segera berikan infuse dektrose 10 % + bikarbonas atau natricus 1,5 % - 4 % pada hari I : 60 cc / kg / hari, pada hari ke II : 70 cc / kg / hari.
8.       Berikan antibiotika.
9.       Bila tidak dapat menghisap putting susu / tidak dapat menelan langsung / biru / tanda-tanda hypotermi berat, terangkan kemungkinan bayinya akan meninggal.






2.       Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.
Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.
Etiologi dan factor presipitasi dari hipotermia antara lain : prematuritas, asfiksia, sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral, pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran dan eksposure suhu lingkungan yang dingin.
ü  Penanganan hipotermia ditujukan pada:
1) Mencegah hipotermia,
2) Mengenal bayi dengan hipotermia,
3) Mengenal resiko hipotermia,
4) Tindakan pada hipotermia.

ü  Tanda-tanda klinis hipotermia:
a)      Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - <360C ), tanda-tandanya antara lain : kaki teraba dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah dan kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata.
b)      Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C ), tanda-tandanya antara lain : sama dengan hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat tidak teratur, bunyi jantung lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan asidosisi metabolik.
c)      Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain : muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat,kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema)

ü  Penanganan Hipotermia
1.      Hipotermi sedang : dimana suhu tubuh 320C - <360C )

©      Gejala :
©      Suhu (320C - <360C ),
©      Akral dingin
©      Gerakan bayi kurang normal
©      Kemampuan menghisap lemah
©      Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
©      Tangisan lemah
©      Aktivitas berkurang latarghi

©      Penanganan :

à   Ganti pakaian dingin dan basah dengan pakaian hangat
à   Bila ada ibu/pengganti ibu, KMC/perawatan bayi lekat bila tidak ada ibu
à   Hangatkan dengan alat pemancar panas/incubator
à   Cek suhu alat penghangat dan suhu ruangan, berikan ASI peras
à   Hindari paparan panas yang berlebihan dan sering ubah posisi
à   ASI lebih sering
à   Minta ibu mengenalai kegawatan dan segera cari pertolongan bila ada

2.      Hipotermi berat : dimana suhu BBL < 32 0C
Gejala :
J  Suhu < 32 0C
J  Seluruh tubuh teraba dingin
J  Mengantuk/letargis
J  Sklerema (ada bagian tubuh yang mengeras dan berwarna merah)
J  Bibir dan kuku kebiruan
J  Pernapasan lambat
J  Pernapasan tidak teratur
J  Bunyi jantung lemah/lambat
J  Mungkin timbul hipoglukemia dan asidosis metabolic

Penanganan :
[  Hangatkan tubuh bayi
[  Jika 1 jam suhu tidak naik, rujuk segera
[  Pertahankan kadar gula darah
[  Anjurkan ibu menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan
[  Lakukan rujukan segera

4. Asfiksia Neonatorum
1.      Pengertian
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999).
Jadi, asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas dengan spontan dan teratur segera setelah lahir.

2.      Tanda-Tanda Dan Gejala
[  Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
[  Warna kulit kebiruan
[  Kejang
[  Penurunan kesadaran
[  Apgar score di bawah 7
[  Hipoksia
[  Denyut jantung < 100 x/ menit
3.      Pertolongan / Penatalaksanaan
Pertolongan pertama untuk mengatasi asfiksia pada neonaturum ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dalam membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul dikemudikan hari. Tindakan pada bayi asfiksia disebut resusitasi bayi baru lahir
Langkah-langkah resusitasi :         
1.      Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
2.      sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
3.      Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
4.      Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5.      Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.
6.      Nilai pernafasan Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah / sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
*       Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
*       Ventilasi tekanan positif / VTP dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
*       Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10.
*       100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas spontan.
*       60 – 100 ada peningkatan denyut jantung teruskan pemberian PPV.
*       60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung.
*       < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi jantung.
*       Kompresi jantung
*       perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 : 1, ada 2 cara kompresi jantung :
©      Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan tangan lain mengelilingi tubuh bayi.
©      Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan tangan lain menahan belakang tubuh bayi.
7.      Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada.
8.      Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan.
9.      Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg BB secara IV.
10.  Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat.
11.  Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.
12.  Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara IV selama 2 menit.











BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Prematur adalah bayi yang sebelum waktunya, biasanya < 37 minggu dengan berat badan antara 1000 – 2500 gram. Etiologi prematur yaitu faktor ibu yang meliputi penyakit, usia, keadaan sosial ekonomi, faktor kehamilan, faktor janin, faktor-faktor lain.

Penanganan yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung O2 pada bayi prematur makin pendek masa kehamilan, makin sulit persoalan yang dihadapi dan makin tinggi angka kematian perinatal.

Suatu asuhan kebidanan dikatakan berhasil apabila selain ibunya juga bayi dan keluarganya yang diberikan pelayanan berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan bersih adalah bagian asensial dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia, hipotermi dan atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, dibarengi pula dengan pencegahan hipotermi dan infeksi

3.2  Saran

Kasus kegawatdaruratan merupakan hal yang saat ini mendapat perhatian yang begitu besar. Oleh karena itu, diharapkan seluruh pihak memberikan kontribusinya dalam merespon kasus kegawatdaruratan ini. Bagi mahasiswa, sudah seyogyanya memberikan peran dengan mempelajari dengan sungguh-sungguh kasus-kasus kegawatadaruratan dan memaksimalkan keterampilan dalam melakukan penanganan kegawatdaruratan yang berada dalam koridor wewenang bidan

Dengan penyusunan makalah ini diharapkan para pembaca khususnya para petugas kesehatan terutama bidan dapat berperan serta dalam pertolongan pertama kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus. Sehingga pada akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan dan angka kematian pada ibu dan bayi.

 

DAFTAR PUSTAKA

http://maphiablack.blogspot.com/2010/10/kegawatdaruratan-pada-bayi-baru-lahir.htmlRabu, 27 Oktober 2010

http://putryayyu.blogspot.com/2013/09/asuhan-kebidanan-kegawatdaruratan.htmlSabtu, 14 September 2013

http://whitelove999.blogspot.com/2012/08/asuhan-kebidanan-bayi-baru-lahir-pada_25.htmlSabtu, 25 Agustus 2012

 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar