BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
ASI
adalah salah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi
baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual. Menyusui merupakan suatu proses alamiah.
Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca
buku tentang ASI. Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan lama
yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan, menyusui adalah suatu
pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting dalam
mempertahankan kehidupan manusia.
Semakin
disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat dari teknik menyusui
yang buruk, merupakan penyebab penting terjadinya mastitis, tetapi dalam benak
banyak petugas kesehatan, mastitis masih dianggap sama dengan infeksi payudara.
Mereka sering tidak mampu membantu wanita penderita mastitis untuk terus
menyusui, dan mereka bahkan mungkin menyarankan wanita tersebut untuk berhenti
menyusui, yang sebenarnya tidak perlu. Mastitis dan abses payudara terjadi pada
semua populasi, dengan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan
bervariasi dan sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya dibawah 10%.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum:
Ø Untuk mengetahui upaya dan peran
bidan dalam penanganan mastitis.
Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui mastitis.
2. Mengetahui penyebab mastitis
3. Mengetahui tanda dan gejala mastitis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Mastitis

Mastitis
adalah peradangan pada payudara.
Mastitis
ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari
ke-28 setelah kelahiran.
2.2
Penyebab Mastitis
Penyebab
terjadinya mastitis sebagai berikut:
1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI
tidak diberikan secara adekuat yang akan
menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.
2. Lecet pada puting susu yang
menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk menyebabkan infeksi mastitis.
3. Personal higiene ibu kurang,
terutama pada puting susu.
4. Bendungan air susu yang tidak
adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis.
5. Bra yang terlalu ketat mengakibatkan
segmental engorgement, jika tidak disusui dengan adekuat, maka bias terjadi
mastitis.
6. Ibu yang dietnya buruk, kurang
istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi.
2.3 Tanda dan Gejala
Selain pembesaran berat, prekursor tanda dan gejala mastitis biasanya
tidak ada sebelum akhir minggu pertama pasca partum. Setelah masa itu, wanita
mungkin mngelami gejala berikut ini :
1. Nyeri
ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi menyusui.
2. Gejala seperti flu : nyeri otot,
sakit kepala, keletihan.
Mastitis
hamper selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala actual mastitis
meliputi hal – hal sebagai berikut :
1. peningkatan suhu yang cepat dari
(39,5 – 40 oC).
2. Peningkatan kecepatan nadi.
3. Mengigil.
4. Malaise umum, sakit kepala.
5. Nyeri hebat, bengkak, inflamasi,
area payudara keras.
2.4
Pencegahan
Penanganan
terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Perawatan puting susu atau perawatan
payudara.
2. Susukan bayi setiap saat tanpa
jadwal.
3. Pembersihan puting susu sebelum dan
sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah kering.
4. Teknik menyusui yang benar, bayi
harus menyusu sampai ke kalang payudara.
5. Bra yang cukup meyangga tetapi tidak
ketat.
6. Perhatian yang cermat saat mencuci
tangan dan perawatan payudara.
7. Kompres hangat pada area yang
terkena.
8. Masase area saat menyusui untuk
memfasilitasi aliran air susu.
9. Peningkatan asupan cairan.
10. Istirahat.
11. Membatu ibu menentukan prioritas
untuk mengurangi stress dan keletihan dalam kehidupannya.
12. Suportif, pemeliharaan perawatan ibu.
13. Menyusui secara bergantian payudara
kiri dan kanan.
14. Untuk mencegah pembengkakan dan
penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya.
15. Rajin mengganti bh / bra setiap kali
mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH tidak boleh terlalu sempit dan
menekan payudara.
16. Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi
tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan pada payudara dengan
menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada
dokter atau bidan.
2.5 Penatalaksanaan
1. Teruskan pemberian ASI meski
payudara mengalami abses atau pembengkakan Tahan sakit. Pemberian ASI
mempercepat penyembuhan.
2. Kompres payudara dengan air hangat
atau kain dibasahi air hangat.
3. Cukup istrirahat dan tidur agar tubuh
aktif memproduksi sistem imun guna memerangi infeksi mastitis.
4. Minum antibiotik sesuai resep dokter.
5. Makan makanan yang bergizi tinggi.
6. Minum banyak air putih juga akan
membantu menurunkan demam.
7. Berikan antibiotik.
Pengobatan
dengan antibiotik biasanya membutuhkan waktu 10-14 hari. Selama 24 sampai 48
jam setelah pengobatan antibiotik, gejala mulai berkurang. Namun obat tetap
perlu diminum untuk mencegah kekambuhan.
8. Menyesuaikan teknik menyusui.
Pastikan
bahwa payudara benar-benar kosong payudara selama menyusui dan bayi berada pada
posisi yang benar.
2.6 Penanganan
dan Peran Bidan
1.
Payudara
dikompres dengan air hangat.
2.
Untuk
mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetik.
3.
Untuk
titismengatasi infeksi diberikan
antibiotika.
4.
Bayi
mulai menyusu pada payudara yang mengalami peradangan.
5.
Anjurkan
ibu selalu menyusui bayinya.
6.
Anjurkan
ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.
7.
Konseling
suportif
Mastitis
merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustrasi, dan membuat
banyak wanita merasa sangat sakit. Selain dengan penanganan yang efektif dan
pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui; yang aman untuk diteruskan; bahwa ASI dari payudara
yang terkena tidak akan membahayakan bayinya; dan bahwa payudaranya akan pulih
baik bentuk maupun fungsinya.
8. Pengeluaran Asi Dengan Efektif
Dengan
membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudara, mendorong untuk sering
menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu
peras ASI dengan tangan atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusui
dapat dimulai lagi.
2.7 Program Kebidanan
Program
yang dapat dilakukan oleh bidan dalam kasus mastitis pada ibu nifas diantaranya
yaitu:
1. Melakukan Rooming In antara ibu dan bayi jika tidak
ada komplikasi pada ibu maupun bayinya, agar mempererat hubungan kasih sayang
antara ibu dan anak.
2. Memberikan konseling dan edukasi tentang teknik
menyusui yang baik dan benar segera setelah ibu melahirkan.
3. Melatih ibu tentang cara menyusui yang baik serta
teknik menyusui yang benar.
4. Menjelaskan pada ibu tentang tanda dan gejala
terjadinya mastitis.
5. Menyarankan pada ibu untuk menjaga kebersihan
payudaranya terutama puting susu dan sekitarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Mastitis
adalah peradangan pada payudara.
Mastitis
ini dapat terjadi kapan saja sepanjang periode menyusui, tapi paling sering terjadi antara hari ke-10 dan hari
ke-28 setelah kelahiran.
Penyebab terjadinya mastitis, yaitu: Bayi tidak mau menyusui, Lecet pada
puting susu, Personal higiene ibu kurang, Bendungan air susu yang tidak adekuat
di tangani, Bra yang terlalu ketat, dan
Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia. Tanda dan gejala actual
mastitis, yaitu: Peningkatan suhu yang cepat dari (39,5 – 40 oC), Peningkatan
kecepatan nadi, Mengigil, Malaise umum, sakit kepala serta Nyeri hebat,
bengkak, inflamasi, area payudara keras. Penanganan dan peran Bidan, yaitu Payudara dikompres dengan air
hangat, Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetik, Untuk
titismengatasi infeksi diberikan
antibiotika, Bayi mulai menyusu pada payudara yang mengalami peradangan, Anjurkan
ibu selalu menyusui bayinya, Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan istirahat yang cukup.
3.2
Saran
1. Makalah ini teman-teman tolong dipelajari dan tidak hanya
jadikan tugas semata.
2. Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan masing-masing
orang membuat rumusah masalah minimal dua.
3. Sebagai mahasiswa kebidanan dapat mampu memberika asuhan
kepada ibu nifas dalam menangani masalah kasus mastitis.
4. Sebagai mahasiswa kebidanan diharapkan dapat memahami
penyebab dan gejala mastitis pada ibu nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Siiaiyu. 2013. Makalah Askeb Ibu Nifas dengan Mastitis. Retreived: Agustus 2013. From. http://siiaiyu11.blogspot.com/2013/08/makalah-askeb-ibu-nifas-dengan-mastitis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar